Rabu, 23 Januari 2013

KOMPETENSI GURU DAN RELEVANSI PELAKSANAAN PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA




Oleh Ervinta Astrining Dewi (12709251023)
Pendidikan Matematika A PPs UNY 2012

Pada dokumen Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mencapai kebergunaan tersebut, maka ditetapkan rumusan tujuan pembelajaran matematika yang lebih rinci, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika, (3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas, 2006:346). Pada butir (3) menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah meliputi kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hal tersebut maka sudah menjadi kewajiban dalam proses pembelajaran matematika untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah.
Selama ini telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai kemampuan pemecahan masalah. Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan secara berkala oleh TIMMS dan PISSA. Penelitian yang mereka lakukan diantaranya menyangkut ketrampilan pemecahan masalah, reading, matematika, dan sains. Hasil penilaian PISA (2009) menunjukkan kemampuan penyelesaian masalah matematis siswa Indonesia memperoleh skor 371 dan merupakan peringkat 61 dari 65 negara peserta. Selain itu data penilaian oleh TIMMS tahun 2012 bahwa prestasi belajar matematika  siswa di Indonesia memperoleh skor 386 dan menempatkan Indonesia pada posisi 109 dari 117 negara. Penelitian yang dilakukan TIMMS dan PISSA ini cenderung memberikan penilaian dan membandingkan hasil pekerjaan antara negara-negara peserta. Seringkali hal ini digunakan sebagai dasar pentingnya melakukan penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah. Karena Data TIMMS dan PISSA ini dapat mendukung bahwa kemampuan pemecahan masalah di Indonesia masih rendah dan didukung oleh dokumen permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang pentingnya pelaksanaan pemecahan masalah dalam pendidikan, sehingga banyak peneliti yang tertarik untuk mengangkat tema mengenai kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun telah banyak penelitian yang mengangkat mengenai pemecahan masalah, seperti penelitian-penelitian yang terangkum dalam Framework Field Trial Problem Solving PISA 20012 (2010) berikut ini:
1.         Penelitian tentang kecerdasan dan peran perbedaan kreativitas mengeksplorasi individu dalam kemampuan kognitif manusia dalam pemecahan masalah (Guilford, 1967; Sternberg, 1990, 1999; Sternberg & Grigorenko, 2003).
2.         Penelitian Psikometri meneliti korelasi antara tes kognitif (Carroll, 1993) dan bukti untuk kecerdasan umum (atau apa yang disebut g) akan tercermin dalam korelasi tinggi di antara semua tes kognitif. Namun, faktor analisis (dan alat statistik serupa) mengungkapkan banyak faktor khusus yang lebih kecil, seperti bentuk kemampuan verbal, kemampuan matematika, dan kemampuan spasial (Carroll, 1993; Sternberg 1999). Menurut Sternberg, penelitian modern ilmu kognitif berfokus pada identifikasi proses komponen yang mendukung kinerja pada tes kecerdasan, termasuk analisis tugas kognitif item tes kecerdasan, dan perbedaan individu penentuan dalam sistem pengolahan informasi yang berkaitan dengan hasil tes kognitif. Karya ini menyoroti peran pengetahuan domain yang spesifik dan Kreativitas 40 pengolahan dalam kinerja kognitif, serta cara berpikir masyarakat tergantung pada arsitektur sistem pengolahan informasi manusia.
3.         Penelitian tentang pengajaran keterampilan berpikir yang berfokus pada pelatihan yang membantu orang menjadi pemecah masalah yang lebih baik (Bloom & Broder, 1950; Covington, Crutchfield, Davies, & Olton, 1974; Nickerson, 1999; Ritchhart & Perkins, 2005). Temuannya pada pelatihan pemecahan masalah cenderung efektif bila berfokus pada keterampilan khusus yang diperlukan untuk tugas (seperti menghasilkan dan menguji hipotesis), ketika terdapat sebuah model keterampilan pemecah masalah yang sukses, dan ketika tes melibatkan masalah yang mirip dengan yang digunakan selama pelatihan. Tidak ada bukti kuat bahwa orang dapat diajarkan memecahkan masalah umum strategi yang meningkatkan kinerja di satu set situasi beragam masalah (Nickerson, 1999; Ritchhart & Perkins, 2005). Dengan demikian, tema penting dari penelitian pada pemikiran pelatihan keterampilan menyangkut peran spesifik domain pengetahuan dalam mendukung pemecahan masalah. Selain ini masih banyak pula mengenai penelitian berkaitan dengan pemecahan masalah.
Selama ini penelitian lebih berkutat pada masalah bagaimana cara mengajarkan pemecahan masah, bagaimana peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, bagaimana peserta didik mampu meningkatkan ketrampilan pemecahan masalahnya, dan sebagainya namun belum banyak yang mengangkat masalah mengenai bagaimana yang sebenarnya terjadi dari sudut pandang guru di Indonesia, khususnya di daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena dari banyak latar belakang penelitian yang diangkat hampir semua mahasiswa baik S1 maupun S2 Universitas Negeri Yogyakarta berlandaskan penilaian PISSA dan TIMMS yang secara tersirat menyatakan bahwa kemampuan pemechan masalah di Indonesia masih rendah.
Faktanya telah banyak usaha dan upaya yang ditempuh pemerintah dan para pemerhati pendidikan dalam upaya meningkatkan keprofesionalan guru. Hal ini ditunjukkan dari banyaknya guru di Indonesia yang sudah tersertifikasi. Beberapa penelitian seolah mempertanyakan proses pembelajaran kelas di Indonesia yang dianggap kuno dan tradisional karena masih berpegang pada paradigma teacher center. Kemudian munculah banyak tawaran dan alternati solusi metode pembelajaran Inquiry, kooperatif learning  dan masih banyak lagi yang cenderung lebih keparadigma student center. Hal ini diperkuat oleh pelaksanaan pembelajaran di negara Finlandia yang pendidikannya dianggap nomor 1 di dunia yang sukses menerapkan pembelajaran student center, sehingga tumbuh isu paradigma pendidikan abad 21 yang mengarah pada pembelajaran student center yang dianggap terbaik (Leung, 2002).
Namun ternyata isu ini juga memiliki tandingan dalam jurnal Leung (2002) “IN SEARCH OF AN EAST ASIAN IDENTITY IN MATHEMATICS EDUCATION” yang menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran yang dianggap tradisional itu ternyata negara-negara di Asia Timur mampu menyaingi bahkan kadang mengalahkan rekan-rekannya di Barat. Mengambil posisi netral diantara paradigma pendidikan abad 20 dan paradigma pendidikan abad 21, maka peneliti tertarik untuk menyelidiki mengenai Kompetensi guru dan relevansi pelaksanaan pendekatan pemecahan masalah pada proses pembelajaran matematika. Hal ini diperkuat, dengan banyaknya buku tentang bagaimana menjadi guru yang baik, guru yang kreatif dan guru yang ispiratif, namun belum banyak yang menuliskan secara ilmiah dan ditemukan dengan kondisi sosial budaya masyarakat daerah serta solusi relevannya.
Buku-buku yang beredar kebanyakan berbahasa Inggris seperti buku kumpulan jurnal dan artikel Peteerson “Becoming a Teacher”, Jurnal-jurnal internasional oleh Patrick Kim Cheng Low and Sik Liong Ang “How to be a Good Teacher?”, dan masih banyak lagi. Hal ini bertujuan agar masalah-masalah dari sisi guru mengenai ketrampilan pemecahan masalah dan pelaksanaannya pada pembelajaran Matematika dapat tersusun secara sistematis sehingga dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru matematika yang lain secara nyata, tidak terbatas pada teori dan kriteria idealnya, bagi guru dan pendidik pada umumnya. Sehingga dapat tersusun sebuah karya yang sistematis dan ilmiah mengangkat relevansi kompetensi guru dan pelaksanaan pendekatan masalah berkaitan dengan pengalaman lapangan yang secara nyata dialami guru dalam upaya mencari solusinya.
DAFTAR PUSTAKA
Leung, Frederick K.S. 2002. IN SEARCH OF AN EAST ASIAN IDENTITY IN MATHEMATICS EDUCATION. Educational Studies in Mathematics 47: 35–51, Nerherlands:  Kluwer Academic Publishers. Diakses dari: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CGsQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.cimm.ucr.ac.cr%2Fojs%2Findex.php%2Feudoxus%2Farticle%2Fdownload%2F517%2F509&ei=DZzOUIT-F8borQfnqoHoCw&usg=AFQjCNFxhZOEVnlVx5115doFdMZkt9uYlg&bvm=bv.1355325884,d.bmk
Patrick Kim Cheng Low and *Sik Liong Ang. 2011.  How to be a Good Teacher. Educational Research (ISSN: 2141-5161) Vol. 2(5) pp. 1118-1123 May 2011 Available online@ http://www.interesjournals.org/ER diakses dari: http://www.ame.pitt.edu/documents/Johnston_GoodTeacher.pdf
Partnership for 21st Century Skills, “Framework for 21st Century Learning”, http://www.p21.org/index.php?option=com_content&task=view&id=254&Itemid=120 diakses tanggal 5 Desember 2012
Ramdhani, Neila. 2012. Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Titian Foundation.
Herman, Tatang, M.Ed. 2000. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Bandung: LPM Institut Teknologi Bandung bekerjasama dengan Departemen Agama Republik Indonesia. Diakses tanggal 5 Desember 20012 di http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKSA/196210111991011-TATANG-HERMAN/Artikel14.pdf
Lubis, Masyaroh; dkk. 2011. KOMPETENSI GURU:ISU-ISU KRITIS DALAM PENDIDIKAN. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Diakses dari:http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2011/02/Kompetensi-Guru.pdf
Undang-Undang Republik  Indonesia nomor 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2009.
Undang-Undang Republik  Indonesia nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Bandung: Citra Umbara, 2009.
PISA. 2010. PISA 2012 FIELD TRIAL PROBLEM SOLVING FRAMEWORK. Diakses di http://ProbSolvFrmwrk_FT2012.PISA.org

Tidak ada komentar: