Oleh Ervinta
Astrining Dewi (12709251023)
Pendidikan
Matematika A PPs UNY 2012
Pada
dokumen Permendiknas nomor 22 tahun 2006 menyatakan bahwa mata pelajaran
Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mencapai
kebergunaan tersebut, maka ditetapkan rumusan tujuan pembelajaran matematika
yang lebih rinci, yaitu agar peserta didik memiliki kemampuan: (1) Memahami
konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan
konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam
pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (3) Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4) Mengomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas
keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari
matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah (Depdiknas,
2006:346). Pada butir (3) menyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran
matematika adalah meliputi kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan hal
tersebut maka sudah menjadi kewajiban dalam proses pembelajaran matematika
untuk mengajarkan kemampuan pemecahan masalah.
Selama
ini telah banyak penelitian yang mengkaji mengenai kemampuan pemecahan masalah.
Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan secara berkala oleh
TIMMS dan PISSA. Penelitian yang mereka lakukan diantaranya menyangkut
ketrampilan pemecahan masalah, reading,
matematika, dan sains. Hasil penilaian PISA (2009) menunjukkan kemampuan
penyelesaian masalah matematis siswa Indonesia memperoleh skor 371 dan
merupakan peringkat 61 dari 65 negara peserta. Selain itu data penilaian oleh
TIMMS tahun 2012 bahwa prestasi belajar matematika siswa di Indonesia memperoleh skor 386 dan
menempatkan Indonesia pada posisi 109 dari 117 negara. Penelitian yang dilakukan
TIMMS dan PISSA ini cenderung memberikan penilaian dan membandingkan hasil
pekerjaan antara negara-negara peserta. Seringkali hal ini digunakan sebagai
dasar pentingnya melakukan penelitian mengenai kemampuan pemecahan masalah.
Karena Data TIMMS dan PISSA ini dapat mendukung bahwa kemampuan pemecahan
masalah di Indonesia masih rendah dan didukung oleh dokumen permendiknas nomor
22 tahun 2006 tentang pentingnya pelaksanaan pemecahan masalah dalam
pendidikan, sehingga banyak peneliti yang tertarik untuk mengangkat tema
mengenai kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun
telah banyak penelitian yang mengangkat mengenai pemecahan masalah, seperti penelitian-penelitian
yang terangkum dalam Framework Field Trial Problem Solving PISA 20012 (2010)
berikut ini:
1.
Penelitian tentang kecerdasan dan peran
perbedaan kreativitas mengeksplorasi individu dalam kemampuan kognitif manusia
dalam pemecahan masalah (Guilford, 1967; Sternberg, 1990, 1999; Sternberg &
Grigorenko, 2003).
2.
Penelitian Psikometri meneliti korelasi
antara tes kognitif (Carroll, 1993) dan bukti untuk kecerdasan umum (atau apa
yang disebut g) akan tercermin dalam korelasi tinggi di antara semua tes
kognitif. Namun, faktor analisis (dan alat statistik serupa) mengungkapkan
banyak faktor khusus yang lebih kecil, seperti bentuk kemampuan verbal,
kemampuan matematika, dan kemampuan spasial (Carroll, 1993; Sternberg 1999). Menurut
Sternberg, penelitian modern ilmu kognitif berfokus pada identifikasi proses
komponen yang mendukung kinerja pada tes kecerdasan, termasuk analisis tugas
kognitif item tes kecerdasan, dan perbedaan individu penentuan dalam sistem
pengolahan informasi yang berkaitan dengan hasil tes kognitif. Karya ini
menyoroti peran pengetahuan domain yang spesifik dan Kreativitas 40 pengolahan
dalam kinerja kognitif, serta cara berpikir masyarakat tergantung pada
arsitektur sistem pengolahan informasi manusia.
3.
Penelitian tentang pengajaran
keterampilan berpikir yang berfokus pada pelatihan yang membantu orang menjadi
pemecah masalah yang lebih baik (Bloom & Broder, 1950; Covington,
Crutchfield, Davies, & Olton, 1974; Nickerson, 1999; Ritchhart &
Perkins, 2005). Temuannya pada pelatihan pemecahan masalah cenderung efektif
bila berfokus pada keterampilan khusus yang diperlukan untuk tugas (seperti
menghasilkan dan menguji hipotesis), ketika terdapat sebuah model keterampilan
pemecah masalah yang sukses, dan ketika tes melibatkan masalah yang mirip
dengan yang digunakan selama pelatihan. Tidak ada bukti kuat bahwa orang dapat
diajarkan memecahkan masalah umum strategi yang meningkatkan kinerja di satu
set situasi beragam masalah (Nickerson, 1999; Ritchhart & Perkins, 2005).
Dengan demikian, tema penting dari penelitian pada pemikiran pelatihan
keterampilan menyangkut peran spesifik domain pengetahuan dalam mendukung
pemecahan masalah. Selain ini masih banyak pula mengenai penelitian berkaitan
dengan pemecahan masalah.
Selama
ini penelitian lebih berkutat pada masalah bagaimana cara mengajarkan pemecahan
masah, bagaimana peserta didik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
bagaimana peserta didik mampu meningkatkan ketrampilan pemecahan masalahnya,
dan sebagainya namun belum banyak yang mengangkat masalah mengenai bagaimana
yang sebenarnya terjadi dari sudut pandang guru di Indonesia, khususnya di
daerah seperti Daerah Istimewa Yogyakarta. Karena dari banyak latar belakang
penelitian yang diangkat hampir semua mahasiswa baik S1 maupun S2 Universitas
Negeri Yogyakarta berlandaskan penilaian PISSA dan TIMMS yang secara tersirat
menyatakan bahwa kemampuan pemechan masalah di Indonesia masih rendah.
Faktanya
telah banyak usaha dan upaya yang ditempuh pemerintah dan para pemerhati
pendidikan dalam upaya meningkatkan keprofesionalan guru. Hal ini ditunjukkan
dari banyaknya guru di Indonesia yang sudah tersertifikasi. Beberapa penelitian
seolah mempertanyakan proses pembelajaran kelas di Indonesia yang dianggap kuno
dan tradisional karena masih berpegang pada paradigma teacher center. Kemudian munculah banyak tawaran dan alternati
solusi metode pembelajaran Inquiry, kooperatif
learning dan masih banyak lagi yang
cenderung lebih keparadigma student center. Hal ini diperkuat oleh pelaksanaan
pembelajaran di negara Finlandia yang pendidikannya dianggap nomor 1 di dunia
yang sukses menerapkan pembelajaran student
center, sehingga tumbuh isu paradigma pendidikan abad 21 yang mengarah pada
pembelajaran student center yang
dianggap terbaik (Leung, 2002).
Namun
ternyata isu ini juga memiliki tandingan dalam jurnal Leung (2002) “IN SEARCH OF AN EAST ASIAN IDENTITY IN MATHEMATICS
EDUCATION” yang menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran yang dianggap
tradisional itu ternyata negara-negara di Asia Timur mampu menyaingi bahkan
kadang mengalahkan rekan-rekannya di Barat. Mengambil posisi netral diantara
paradigma pendidikan abad 20 dan paradigma pendidikan abad 21, maka peneliti
tertarik untuk menyelidiki mengenai Kompetensi guru dan relevansi pelaksanaan
pendekatan pemecahan masalah pada proses pembelajaran matematika. Hal ini
diperkuat, dengan banyaknya buku tentang bagaimana menjadi guru yang baik, guru
yang kreatif dan guru yang ispiratif, namun belum banyak yang menuliskan secara
ilmiah dan ditemukan dengan kondisi sosial budaya masyarakat daerah serta
solusi relevannya.
Buku-buku
yang beredar kebanyakan berbahasa Inggris seperti buku kumpulan jurnal dan
artikel Peteerson “Becoming a Teacher”,
Jurnal-jurnal internasional oleh Patrick Kim Cheng Low and Sik Liong Ang “How to be a Good Teacher?”, dan masih
banyak lagi. Hal ini bertujuan agar masalah-masalah dari sisi guru mengenai
ketrampilan pemecahan masalah dan pelaksanaannya pada pembelajaran Matematika dapat
tersusun secara sistematis sehingga dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru
matematika yang lain secara nyata, tidak terbatas pada teori dan kriteria idealnya,
bagi guru dan pendidik pada umumnya. Sehingga dapat tersusun sebuah karya yang
sistematis dan ilmiah mengangkat relevansi kompetensi guru dan pelaksanaan
pendekatan masalah berkaitan dengan pengalaman lapangan yang secara nyata
dialami guru dalam upaya mencari solusinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Leung,
Frederick K.S. 2002. IN SEARCH OF AN EAST
ASIAN IDENTITY IN MATHEMATICS EDUCATION. Educational Studies in Mathematics 47: 35–51,
Nerherlands: Kluwer Academic Publishers. Diakses dari: http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=10&ved=0CGsQFjAJ&url=http%3A%2F%2Fwww.cimm.ucr.ac.cr%2Fojs%2Findex.php%2Feudoxus%2Farticle%2Fdownload%2F517%2F509&ei=DZzOUIT-F8borQfnqoHoCw&usg=AFQjCNFxhZOEVnlVx5115doFdMZkt9uYlg&bvm=bv.1355325884,d.bmk
Patrick Kim
Cheng Low and *Sik Liong Ang. 2011. How to be a Good Teacher.
Educational Research (ISSN: 2141-5161) Vol. 2(5) pp. 1118-1123 May 2011
Available online@ http://www.interesjournals.org/ER
diakses dari: http://www.ame.pitt.edu/documents/Johnston_GoodTeacher.pdf
Partnership for
21st Century Skills, “Framework for 21st Century
Learning”, http://www.p21.org/index.php?option=com_content&task=view&id=254&Itemid=120 diakses tanggal
5 Desember 2012
Ramdhani, Neila.
2012. Menjadi Guru Inspiratif.
Jakarta: Titian Foundation.
Herman, Tatang,
M.Ed. 2000. STRATEGI PEMECAHAN MASALAH
(PROBLEM SOLVING) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA. Bandung: LPM Institut
Teknologi Bandung bekerjasama dengan Departemen Agama Republik Indonesia.
Diakses tanggal 5 Desember 20012 di http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKSA/196210111991011-TATANG-HERMAN/Artikel14.pdf
Lubis, Masyaroh;
dkk. 2011. KOMPETENSI GURU:ISU-ISU KRITIS
DALAM PENDIDIKAN. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. Diakses dari:http://www.teknologipendidikan.net/wp-content/uploads/2011/02/Kompetensi-Guru.pdf
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006
Tentang Standar Isi Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara, 2009.
Undang-Undang
Republik Indonesia nomor 16 tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Bandung: Citra
Umbara, 2009.
PISA. 2010. PISA 2012 FIELD TRIAL PROBLEM SOLVING
FRAMEWORK. Diakses di http://ProbSolvFrmwrk_FT2012.PISA.org