Minggu, 02 Desember 2012

Refleksi Menggapai Benang Merah Filsafat



Sepanjang perkuliahan filsafat ilmu telah banyak hal yang dibaca dan dipikirkan, namun apabila kita kaji lebih dalam secara ektensif dan intesif lagi mengenai filsafat ternyata masih banyak hal yang belum kita pahami, belum kita baca, belum kita pikirkan dan sebaginya. Hal ini lah yang dinamakan kesadaran kita akan ruang filsafat, karena filsafat sendiri merupakan sesuatu yang meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Sama halnya ketika kita akan mendefinisikan filsafat, mungkin sampai sekarang kita masih belum mampu mendefinisikan filsafat itu. Masalah yang sering muncul dikatakan oleh bapak Maarsigit adalah seberapa banyak kah kebutuhan kita untuk mengetahui filsafat. Misal untuk berfilsafat matematika apakah seorang itu harus purna belajar matematikanya? Apakah seorang yang akan berfilsafat pendidikan harus purna memahami tentang pendidikan? Beberapa pertanyaan mengenai masalah di atas dijelaskan oleh bapak Marsigit layaknya sebuah kontradiksi menurut saya. Namun demikian, hal tersebut juga membukakan mata saya mengenai perkuliahan sebelumnya bahwa “apalah daya hidup ini juga adalah kontradiksi”.
Menurut beliau apabila seorang itu hendak berfilsafat, maka tidaklah perlu dia harus menguasai secara menyeluruh terlebih dahulu. Namun demikian akan menjadi masalah ketika ilmu yang dikuasainya sedikit, misalnya saja dalam berfilsafat matematika sendiri akan bermasalah ketika pengetahuan tentang matematikanya sedikit. Apabila seorang itu sudah purna dalam mempelajari ilmu bidangnya maka ketika berfilsafat maka filsafatnya akan baik, meskipun demikian dijelaskan pula ketika ilmu bidang seseorang itu sudah purna maka fleksibilitasnya menjadi lebih rendah dalam merefleksikan ilmunya. Karenanya menggapai “cukup” dalam berfilsafat ini adalah hal yang gampang-gampang susah. Maka dalam mempelajari filsafat sendiri adalah metode hidup yang biasa disebut dengan hermeneutika. Dalam hal ini menurut beliau mempelajari filsafat dengan metode hermeneutika seperti lingkaran yang diberi garis vertikal sehingga mengulang-mengulang-mengulang terus dan juga dikembangkan-dikembangkan-dikembangkan dan seterusnya bagai spiral. Secara tersirat dapat ditangkap bahwa dalam berfilsafat berarti kita harus selalu belajar dan belajar, berlatih dan berlatih dengan segala kerendahan diri. Senada dengan filsafat Kant yang menurutnya berupa penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk memberi tempat pada iman dan kepercayaan. Sehingga senantiasa sebagai manusia kita harus selalu belajar dan rendah hati mengenai batasan-batasan kemampuan rasio kita. Inilah sebuah bentuk kesadaran filsafat. Sehingga untuk mempelajari filsafat diperlukanlah pikiran kritis, karena filsafat sendiri juga merupakan olah pikir yang refleksif.
Adapun ulama atau pendeta yang baik keilmuaan agamanya dan filsafatnya terkenal, maka dikenal lah namanya dan karyanya dibukukan dikenal sebagai filsuf-filsuf ternama atas sumbangan pemikirannya. Perkembangan filsafat dimulai dari zaman Yunani, mereka tertarik mengenai mengenai benda diluar dirinya, sehingga mereka tertarik untuk mengetahui segala sesuatu itu terbuat dari apa? Atau unsur-unsur dasar dari benda-benda sekitar, maka munculah pemikir-pemikir dengan teori-teorinya. Selanjutnya setelah merasa cukup meskipun belum tuntas kemudian beralihlah ketertarikannya dengan lebih melihat pada diri manusia itu sendiri. Mulai dipikirkan apa itu bijaksana, baik apa itu buruk, adil, jujur, dsb. Pada masa inilah muncullah tokoh-tokoh seperti socrates, bahkan muncullah Protagoras yang mengatakan bahwa ukuran dar segala sesuatu adala manusia. Pada masa ityu belum ada agama sekitar 3000 SM. Kemudian waktu berjalan demikian muncul pemikiran tentang penerapan-penerapan pada tatanegara, sosial dan sebagainya, sehingga Plato membuat buku “Republika” mengenai tata kenegaraan. Sehingga praktek pertama ketatanegaraan itu pada zaman Yunani. Pada masa itu pemikiran-pemikiran masih netral tidak terbebani oleh kepentingan-kepentingan poilitik tertentu.
Mulai abad ke-13 pada perkembangan gereja, seolah-oleh kebenaran itu adalah atas kuasa atau ijin dari gereja. Salah satu kebenaran saat itu adalah bumi adalah pusat alam semesta. Sehingga ketika muncul pemikiran baru oleh Copernicus bahwa matahari sebagai pusat tata surya menjadi sesuatu yang luar biasa yang dianggap memalukan, menjatuhkan kredibilitas sehingga kalau bisa pemikir baru itu dikejar, diburu, dibunuh, dan di bakar bukunya. Namun namanya pemikiran itu larinya secepat angin sehingga tetap saja tidak dapat benar-benar diberantas. Sampai sekarang secara scientist bahwa mataharilah sebagai pusat tata surya. Ilmu ini dibuktikan dengan adanya pengembangan sampai manusia bisa keluar angkasa, dsb.
Revolusi oleh revolusi Copernicus ini sebagai awal dari perkembangan filsafat modern. Sehingga muncul tokoh-tokoh dan pemikiran Rasionalisme dan Empirisme. Demikian perkembangannya sehingga ada Empirisme di daratan Eropa dan Empirisme di daratan Inggris. Demikian pula ada rasionalisme di daratan Eropa dan rasionalisme didaratan Inggris. Untuk mengkaji dan memahami mengenai dua aliran  filsafat ini maka diperlukan pikiran kritis karena telah kita ketahui bahwa filsafat adalah olah pikir. Perkembangan dua pemikiran ini juga berpengaruh pada hubungan antar negara dan pemikiran dasar dari suatu negara. Sejarah perkembangannya ini berpengaruh pada perkembangannya sampai sekarang ini.

Tidak ada komentar: