Minggu, 04 November 2012

Mencoba Memahami Harmoni

Mencoba Memahami Harmoni Dalam beberapa kali perkuliahan, selalu muncul pertanyaan mengenai ilmu filsafat. Setelah dicermati dan semakin di dengarkan itulah upaya rekan sekelasku menemukan harmoninya untuk berfilsafat bersama pak Marsigit. Sejujurnya apa yang saya tuliskan ini pun berkaitan dengan sudut pandang dan pemikiran Pak Marsigit. Karena ketika saya mulai menuliskan refleksi ini, maka saat itu pulalah pikiranku berupaya memahami maksud dari perkuliahan yang diberikan beliau. Yang pak Marsigit sampaikan tanpa jemu mengenai ilmu filsafat sebagai ibu dari ilmu pengetahuan karena obyek filsafat meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Ada dan yang mungkin ada lebih menggambarkan pada tingkatan dimensi ruang dan waktu. Yang tidak terlihat dalam ruangan tempat saya berada mungkin saja ada diruangan tempat saya berada dengan media yang sekarang ada (skype, video call, dsb). Sehingga ketika beliau selalu mengatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam berfilsafat adalah bahasa analog, dapat saya terima karena dalam memberikan penjelasan beliau pelan-pelan dari yang sepertinya tidak nyambung sampai akhirnya dapat disimpulkan bersama-sama dengan permisalan benda atau sesuatu disekitar kita. Maka inilah analog sederhana dalam bahasa filsafat. Adapun pemahan saya terhadap hal ini, karena saya punya pengalaman lebih dari 3 tahun mengenal pak Marsigit dan eleginya. Inilah salah satu upaya saya memahami filsafat, dengan mencari sumber lain dan penselaras dengan kerendahan hati memahami bahwa pengalaman dan ilmu saya masih harus ditingkatkan. Karena dalam berfilsafat terkadang pertanyaan yang muncul itu tidak penting jawabannya tetapi lebih dibutuhkan penjelasannya, agar orang lain dapat memahami pemikiran dan maksud orang yang lain. Inilah contoh sederhana dari menterjemah dan diterjemahkan, yaitu cara lain seseorang mengenal pemikiran orang yang lain. Maka filsafat mengajak kita menerima pemikran orang lain karena setinggi-tingginya pemikiran manusia hanya bersifat relatif benar, karena kebenaran absolut memang hanya Milik Allah SWT. Setelah perteemuan ketiga ini, saya merasa bapak Marsigit masih dengan begitu gigih menasehati untuk tidak berhenti belajar dan membaca bahkan jangan begitu saja percaya dengan yang diajarkannya., melaikan kita perlu merenungkan lebih dalam. Beberapa mahasiswa nampak telah memiliki pemikiran sendiri tentang filsafat, sehingga seringkali muncul pertanyaan yang mengetes olah pikir beliau. Namun beliau selalu menjawab dengan tenang dan berhasil meyakinkan mahasiswanya. Hal ini senada dengan penjelasannya bahwa yang terpenting bukan jawabannya tetapi lebih ke pada alasannya. Bagi saya inilah salah satu contoh nyata teori filsafat yang beliau ajarkan dengan yang diterapkannya. Bahwa pengalaman juga sangat mendukung dalam hal ketenangan dan pengalaman referensi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan spontan yang muncul dari para mahasiswa. Mengamati cara mengajar dan yang diajarkan beliau adalah cara sederhana saya dalam mencapai hermenetika, menselaraskan pemikiran dengan beliau. Namun kebimbangan pun kadang muncul ketika mendapat hal baru dari beliau, tapi menurut beliau kebimbangan ini pun terkadang perlu untuk meningkatkan semangat belajar kita. Namun beliau selalu mewanti-wanti agar kita tidak terjebak dengan bisikan setan, dengan kebimbangan yang mengarah ke hal negatif.

Tidak ada komentar: